Inovasi Kecamatan Kendal ” Relawan Kendal Ngawi (REKAN)”

Kendal.Ngawikab.go.id– Di Indonesia kerelawanan sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Menurut Raharjo (2015:2) sejak zaman dahulu, kerelawanan bukan hal baru karena sudah mengakar dalam tradisi dan dipraktekan dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk kerelawanan yang paling umum dipraktekan oleh masyarakat Indonesia adalah gotong royong dalam kegiatan pembangunan rumah, pembangunan sarana sosial, perkawinan, maupun kematian. Para pemuda, orang tua dan wanita secara sukarela memberikan kontribusi baik berupa tenaga, uang dan sarana sesuai dengan kemampuan mereka. Umumnya relawan mulai bermunculan setelah adanya bahasan dimedia massa ataupun perbincangan dimasyarakat secara luas mengenai isu yang tengah terjadi.

Kontribusi relawan kembali menggema pada saat tanggap darurat bencana tsunami di Aceh akhir tahun 2004 lalu. Kiprah para relawan pun berturut-turut didedikasikan untuk kerja kemanusiaan pada saat bencana di Yogyakarta, Pangandaran maupun di daerah konflik kekerasan seperti Ambon dan Poso. Itu semua merupakan bukti bahwa gerakan masyarakat terorganisir sebagai relawan yang telah mengkontribusikan tenaga, pikiran maupun harta benda dapat membuat perubahan ke arah perbaikan lebih cepat, meringankan beban orang lain. Meskipun sudah menjadi budaya, ternyata belum ada angka pasti berapa jumlah relawan yang berada di Indonesia. Namun dekimian, seiring dengan menjamurnya lembaga nirlaba atau LSM di Indonesia paska reformasi dan rentetan bencana alam serta kerusuhan yang kuantitasnya lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, semangat kerelawanan (voluntarism) dan solidaritas kemanusiaan (genuine solidarity) nampak semakin menonjol. Banyak lembaga yang hanya melibatkan relawan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat insidental saja, namun belum mensinergikan relawan dalam struktur lembaga sebagai bagian penting untuk mencapai visi dan misi lembaga serta keberlanjutan pencapaian misi lembaga di masa mendatang. Sejalan dengan itu, bahwa potensi kerelawanan masih digunakan sebatas untuk menanggulangi berbagai masalah yang diakibatkan bencana alam dan penyakit, belum disinergikan untuk mengatasi berbagai masalah sosial secara lebih strategis.

Hal ini mengakibatkan relawan tidak dikelola secara profesional dan akhirnya lembaga akan kehilangan media kampanye yang efektif dan modal sosial (social capital) yang sangat mahal, sehingga lembaga akan kehilangan dukungan publik dalam memperluas gerakan sosial. Relawan menjadi sumber daya penting bagi organisasi mengingat relawan adalah unsur organisasi yang langsung bersentuhan dengan klien. Untuk itu, perlu adanya manajemen sumber daya manusia agar pengelolaan relawan menerapkan fungsi manajemen dalam aktivitas kesehariannya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pengelolaan sebaiknya bersifat responsif terhadap kebutuhan organisasi dan komunitas, misalnya dengan melakukan penilaian kebutuhan (need assessment) dan analisis SWOC/SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Challenge/ Treatment). Setelah itu, barulah membuat 3 perencanaan dan pengorganisasian, staffing (rekrutmen, seleksi), mekanisme kepemiminan, supervise dan evaluasi. Pengelolaan relawan harus diperkuat oleh adanya motivasi, baik sesama relawan ataupun dari organisasi. Motivasi menjadi pondasi mendasar mengapa seseorang memilih dan bertahan menjadi seorang relawan. Menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong partisipan memutuskan untuk menjadi relawan pemberdayaan masyarakat miskin antara lain adanya perasaan empati, minat juga kecintaan terhadap sesuatu, dan dorongan untuk berbuat kebaikan dalam hidup. Sedangkan alasan relawan bertahan dipengaruhi oleh faktor adanya dukungan dari significant others, penghayatan kebahagiaan, serta keinginan untuk tetap memberikan manfaat dan kebaikan.

Bencana alam dimana suatu peristiwa yang terbagi menjadi dua berdasarkan pemicunya. Pertama bencana yang terjadi secara alami dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar, wabah penyakit bahkan serangan tawon. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana alam yang diakibatkan oleh peristiwa di luar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan badai matahari. Sedangkan menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena alam, letusan gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa. Lebih spesifik lagi bencana diatas sudah menjadi keadaan/situasi yang sudah menjadi akrab terjadi ditengah-tengah masyarakat khususnya di daerah Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Seiring curah hujan yang tinggi sering juga terjadi tanah longsor karena banyak daerah yang secara geografis merupakan daratan terjal dimana struktut tanah juga banyak yang masih labil. Diluar itu tidak jarang juga terjadi yang namanya rumah roboh yang diakibatkan oleh kencangnya hembusan angin yang mana secara geografis berada di dataran tinggi. Di satu sisi memang masih banyak didapati kondisi rumah warga masyarakat di Kecamatan Kendal yang cukup memprihatinkan. Yang mana ketika terjadi bencana seperti contoh angin puting beliung akan terjadinya bencana berupa rumah roboh.

Lain lagi dengan banyaknya wabah atau gangguan bencana yang diakibatkan dari hewan, seperti hewan tawon yang populasinya banyak di daerah daerah dingin seperti jenis tawon dengan jenis tawon Vespa Affinis (Tawon Ndas). Jenis Vespinae adalah tawon yang cenderung agresif dan berbahaya. Secara umum tawon merupakan satwa predator, meskipun tawon cenderung tidak agresif dan menyerang, kecuali diganggu atau merasa terganggu. Oleh karena itu konflik tawon dan manusia perlu dikaji secara bijak. Upaya pengendalian permasalahan dan penanganan satwa sudah menjadi salah satu arah kegiatan penelitian LIPI untuk menjaga keseimbangan dan keberlangsungan ekosistem dan ekologi. Untuk itu kalau sudah ada kejadian dimana rumah, halaman atau yang lain ada jenis tawon dimaksut, kerja relawan yang selama ini secara massif bisa diandalkan.

Dengan hadirnya kepastian tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) relawan tidak kenal waktu baik itu terjadinya bencana pada siang atau petang dengan iklas dan sigap yang secara riil memberikan tindakan dini dalam penangan kebencanaan begitu dirasakan akan sangat membantu warga.

Pun disini peran pemerintah daerah terhadap eksistensi relawan juga bisa sangat dirasakan contohnya dalam bentuk dukungan bantuan alat-alat rescue dan pendukung lainnya. Relawan Kendal Ngawi (REKAN) pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2023 kemarin juga menerima bantuan dalam bentuk Hibah Uang langsung dari pemerintah daerah yang mana dibelanjakan untuk belanja alat-alat rescue dan 1 unit kendaraan operasional berupa pick up. Adanya bantuan itu sangat membantu dalam giat relawan dan hadirnya pemerintah daerah juga andil memastikan keselamatan relawan ketika melaksanakan kegiatan lewat pemakaian alat-alat rescue yang representative. Pun juga dukungan dari lintas sektor dan relawan yang ada pada tingkat desa menambah kekuatan kepastian akan penanganan kebencanaan.

One Reply to “Inovasi Kecamatan Kendal ” Relawan Kendal Ngawi (REKAN)””

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *